Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Penyebab Angin Puting Beliung di Rancaekek dan Karawang

image-gnews
Tumpukan material rumah yang rusak diterjang angin puting beliung menumpuk di jalan permukiman Cipadung Wetan, Bandung, Jabar, 19 Desember 2014. TEMPO/Prima Mulia
Tumpukan material rumah yang rusak diterjang angin puting beliung menumpuk di jalan permukiman Cipadung Wetan, Bandung, Jabar, 19 Desember 2014. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab kejadian angin puting beliung di Rancaekek, Kabupaten Bandung dan Karawang. Kejadian pada Jumat siang dan sore, 11 Januari 2019 itu merusak ratusan rumah. Mayoritas rusak ringan, belasan rumah rusak berat.

Baca juga: Basarnas Bandung Evakuasi Para Korban Angin Puting Beliung

Kepala BMKG Bandung Tony Agus Wijaya mengatakan, angin puting beliung terjadi Jumat 11 Januari 2019 pukul 11.45 WIB. Lokasi Kejadian di Desa Muktijaya Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Berhubung di wilayah Karawang nihil stasiun pemantau cuaca permukaan, laporan data angin maksimum pada saat kejadian angin kencang tidak bisa diketahui.

"Angin dengan kecapatan lebih daru 63 kilometer per jam dapat menyebabkan kerusakan pada atap bangunan serta ranting pohon patah," kata Tony, Sabtu, 12 Januari 2019. Sementara angin puting beliung di Rancaekek sore harinya, terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat kadang disertai petir dan angin kencang di wilayah Bandung Timur dan sekitarnya.

Baca juga: Penyebab Kemunculan Angin Puting Beliung Sulit Diprediksi

Kondisi cuaca saat itu diketahui suhu permukaan laut di perairan utara Jawa masih hangat. Kondisi itu mengindikasikan penguapan masih cukup signifikan untuk pembentukan awan-awan hujan di antaranya di wilayah Jawa Barat. Adapun berdasarkan pola sebaran angin angin pada ketinggian 3.000 kaki. Wilayah Jawa Barat dilewati oleh daerah belokan angin dan konvergensi, sehingga mendukung suplai awan-awan hujan di wilayah tersebut.

Pada tanggal kejadian ada pertumbuhan awan karena faktor pemanasan yang cukup kuat pada pagi hingga siang hari. Kondisi itu didukung oleh faktor lokal yang cukup signifikan seperti kelembaban udara yang tinggi. Sehingga, menyebabkan peningkatan aktifitas pertumbuhan awan hujan konvektif dengan jenis Cumulus padat dan Cumulonimbus.

"Itu yang menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat atau petir serta angin kencang," katanya.

Berdasarkan pantauan citra satelit terdapat pembentukan awan Cumulonimbus di sekitar wilayah Bandung Timur dan sekitarnya pada tanggal 11 Januari 2019 pukul 15:10 WIB. Adapun faktor regionalnya, terdapat pertemuan massa udara di sekitar Jawa Barat dan belokan angin (shearline) di Jawa Barat bagian tengah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Baca juga: Terbangkan Tenda, Puting Beliung Terjang Pesta Rakyat di Aceh

Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra mengatakan, proses terjadinya angin puting beliung memiliki kaitan erat dengan fase tumbuh awan cumulonimbus (CB). Pada fase tumbuh itu, kata Agie, proses pengangkatan massa udara lembap sangat dominan.

Adapun di dalam awan sedang terjadi arus udara yang naik ke atas dengan tekanan sangat kuat. "Pada fase ini hujan belum turun karena titik air serta kristal es masih tertahan akibat arus udara naik yang lebih besar dari berat partikel-partikel tersebut," ujar Agie, saat dihubungi beberapa waktu lalu.

Masuk fase dewasa, terjadi perbedaan suhu permukaan bumi dan atmosfer lapisan atas yang cukup besar. Didukung oleh arus udara yang sangat kuat dari permukaan menuju sel awan CB ini umumnya disertai dengan arah angin yang berbeda antara angin lapisan permukaan dan atas. "Ini menyebabkan terbentuknya pusaran angin yang merupakan semacam 'penjuluran' dari bagian awan CB hingga mendekati permukaan bumi," katanya.

Pada fase ini, masyarakat bisa memperhatikan gejala atau indikasi munculnya angin puting beliung. "Saat fase awan menjadi gelap, nanti ada udara dingin dan ada pusaran angin kayak belalai gajah," ujar Agie.

Setelah kondisi itu, berat titik air sudah lebih besar dari arus udara naik, sehingga akan mulai terbentuk arus udara turun dan mulai terjadi hujan. "Umumnya di bagian awan CB yang lain di sebelah titik terjadinya puting beliung, terdapat hujan yang cukup signifikan dan hembusan udara dingin yang kuat," ujar Agie. Berikutnya fase punah, yaitu tidak ada massa udara yang naik namun massa udara akan meluas di seluruh awan hingga pertumbuhan awan akan berakhir.

Baca juga: Bima Arya Pastikan Korban Bencana Puting Beliung Sudah Tertangani

Simak kabar terbaru seputar angin puting beliung di Rancaekek, Bandung, dan Karawang hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

9 jam lalu

ilustrasi menyiram air untuk mengurangi dampak dehidrasi. Shutterstok
Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

Saat tubuh terpapar suhu ataupun hawa panas, respons alami tubuh adalah dengan memproduksi keringat untuk mendinginkan diri.


Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

12 jam lalu

Ilustrasi gelombang panas. Sumber: Reuters / Pascal Rossignol / rt.com
Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

Fenomena heatwave di sebagian wilayah Asia selama sepekan belakangan tidak terkait dengan kondisi suhu panas di Indonesia


Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

16 jam lalu

Rekaman seismograf Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, yang merekam gempa M6,2 yang berpusat di laut selatan Jawa Barat pada Kamis malam, 27 April 2024. Pusat gempa berada 156 kilometer arah barat daya Kabupaten Garut. FOTO/Badan Geologi.
Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.


Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

17 jam lalu

Area persawahan yang kering di kawasan Babelan, Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 5 September 2023. Kekeringan yang telah terjadi di beberapa daerah di Indonesia merupakan dampak dari El Nino. TEMPO/Tony Hartawan
Masuk Awal Kemarau, Suhu Panas di Indonesia Masih Siklus Normal

BMKG memastikan suhu panas di Indonesia masih bagian dari kondisi tahunan, seperti kemarau, bukan akibat heatwave.


Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

17 jam lalu

Sejumlah warga berjalan saat hujan di Jakarta, Jumat 15 Maret 2024. BPBD DKI Jakarta menyampaikan potensi hujan dengan intensitas sedang dan lebat disertai kilat atau angin kencang, dimana kondisi tersebut dipicu aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang masih terpantau dan diprediksi aktif di wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Selalu Disebut Dalam Prakiraan Cuaca BMKG, Apa Beda Hujan Ringan, Sedang, dan Berat?

BMKG memprakirakan kondisi cuaca suatu area berdasarkan data numerik. Hujan ringan, sedang, dan lebat dibedakan berdasarkan intensitas airnya.


Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

18 jam lalu

Ilustrasi - Pejalan kaki menggunakan payung untuk berlindung dari hujan saat melintas di pedestrian MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan, 5 Desember 2023. (ANTARA FOTO/M RIEZKO BIMA ELKO PRASETYO)
Prakiraan Cuaca BMKG: Cuaca Jakarta Waspada Potensi Hujan Disertai Petir

Prakiraan cuaca BMKG memperkirakan cuaca Jakarta hari ini cerah berawan dan hujan ringan. Sebagian wilayah waspada potensi hujan disertai petir.


Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

1 hari lalu

Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat thermometer pengukur suhu udara di Taman Alat Cuaca BMKG Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023. BMKG memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung hingga akhir Oktober dan awal musim hujan terjadi pada awal November 2023. Tempo/Tony Hartawan
Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG


Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

1 hari lalu

Ilustrasi gelombang panas ekstrem.[Khaleej Times/REUTERS]
Fakta-fakta Hawa Panas di Indonesia Menurut BMKG

Menurut Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, fenomena hawa panas memiliki karakteristik yang berbeda dan tak memenuhi kriteria sebagai gelombang panas.


BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

1 hari lalu

Ilustrasi gelombang panas. Sumber: Reuters / Pascal Rossignol / rt.com
BMKG Jelaskan Heatwave di Asia dan Suhu Panas Maksimum di Sumatera Utara

Fenomena gelombang panas (heatwave) seperti yang baru saja membekap wilayah luas di daratan Asia terjadi karena terperangkapnya udara panas


BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

1 hari lalu

Ilustrasi gelombang tinggi. ANTARA
BMKG: Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.